ANALISIS KEBERHASILAN FORUM KOMUNIKASI PEMUDA PECINTA ALAM INDONESIA (FKPPAI) DALAM MENGURANGI SAMPAH GUNUNG DI JALUR PENDAKIAN GUNUNG GEDE PANGRANGO

MELALUI PROGRAM SAPU GUNUNG (17–18 Oktober 2022)

Authors

  • Alam Slamet Barkah Author

Keywords:

FKPPAI, Sapu Gunung, Sampah Gunung

Abstract

Permasalahan sampah gunung merupakan isu serius dalam kegiatan pendakian di kawasan 
konservasi Indonesia, termasuk di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). 
Volume sampah yang meningkat seiring dengan tingginya jumlah pendaki telah 
menimbulkan dampak ekologis dan sosial, seperti pencemaran, gangguan visual alam, dan 
berkurangnya nilai konservasi kawasan. Menyadari hal tersebut, Forum Komunikasi 
Pemuda Pecinta Alam Indonesia (FKPPAI) melaksanakan program SAPU GUNUNG pada 
tanggal 17–18 Oktober 2022 sebagai bentuk aksi nyata komunitas dalam mengurangi 
sampah gunung dan meningkatkan kesadaran ekologis pendaki. Penelitian ini bertujuan 
untuk menganalisis keberhasilan program SAPU GUNUNG dalam menekan timbulan 
sampah, mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat, serta mengevaluasi dampak 
sosial dan ekologis kegiatan tersebut. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif 
dengan pendekatan studi kasus, melibatkan 28 informan yang terdiri dari anggota FKPPAI, 
pendaki, petugas TNGGP, dan masyarakat lokal. Teknik pengumpulan data meliputi 
wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi kegiatan, dengan analisis 
menggunakan model Miles dan Huberman (reduksi data, penyajian data, dan penarikan 
kesimpulan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan program SAPU 
GUNUNG ditopang oleh tiga strategi utama: (1) edukasi ekologis pendaki dan relawan, 
(2) kolaborasi lintas sektor antara FKPPAI, masyarakat, dan BBTNGGP, serta (3) 
kampanye digital melalui media sosial. Program ini berhasil menurunkan volume sampah 
gunung hingga 19,6% dibandingkan tahun sebelumnya dan meningkatkan kesadaran 
ekologis pendaki. Faktor pendukung mencakup solidaritas komunitas, legitimasi 
kelembagaan, dan dukungan media, sementara faktor penghambat meliputi cuaca ekstrem, 
logistik berat, serta keterbatasan dana. Studi ini menunjukkan bahwa kolaborasi komunitas 
pemuda dengan lembaga konservasi mampu menghasilkan dampak nyata dalam 
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Published

30-11-2025

Issue

Section

Artikel